Senin, 16 Agustus 2010

Membedah Pemikiran K.H. Noer Alie


Sarasehan yang diselenggarakan oleh Lakspesdam NU Kota Bekasi ini bertema : Membedah pemikiran KH. Noer Alie dalam rangka menggali dan meneladani sosok seorang  pejuang, ulama besar  asli Bekasi KH. Noer Alie.  Tujuan dilaksanakannya sarasehan  ini adalah  untuk mengenal lebih dekat tentang profile seorang KH. Noer Alie sejak pada masanya hingga diberikannya Gelar Pahlawan. 

Diharapkan dengan adanya sarasehan ini kepada generasi muda lebih mengetahui dan tidak melupakan jejak-jejak seorang tokoh ulama dan pejuang asal daerahnya sendiri. Berikut laporan berlangsungnya sarasehan yang dihadiri beberapa tokoh yang mengenal sosok KH. Noer Alie.

 
Ketua Umum DPP Ittihadul Muballighin KH Syukron Ma’mun berpesan kepada generasi muda Islam agar merefleksikan pemikiran dan tindakan politik pahlawan nasional KH Noer Alie (1914-1992) ke dalam situasi dan kondisi politik masa kini. Dengan cara itu, persatuan dan kesatuan umat tetap terpelihara.

Saat Nahdatul Ulama keluar dari Masjumi di tingkat pusat pada 1952, “KH Noer Alie yang cinta persatuan malah meminta anak buahnya untuk membentuk partai Nahdlatul Ulama di Bekasi,” kata Syukron dalam Sarasehan Nasional Aktualisasi Pemikiran  KH Noer Alie yang diselenggarakan Lakpesdam NU Kota Bekasi di Aula KH Noer Alie, Yayasan Islamic Center Bekasi, Selasa (17/4). Sarasehan dimoderatori Drs. H. Paray Said, MM, MBA.

Berbeda dengan para politisi sekarang yang cenderung melakukan politik perpecahan. “Kalau tidak senang, mereka bikin partai baru. Lantas memusuhi lawannya,” ujar Syukron. Salah satu kelebihan KH Noer Alie yang bisa diterima semua kelompok Islam, Syukron menambahkan, adalah bisa mempadukan antartradisi Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Masjumi, dan organisasi Islam lain. “Tindakannya NU, tapi pemikirannya Masjumi,” ujar Syukron.  

Penulis biografi KH Noer Alie, Drs. Ali Anwar, sependapat dengan Syukron. Khawatir para pendiri dan pengurus NU Bekasi merupakan orang-orang kiriman dari daerah lain, KH Noer Alie memberi solusi: membentuk sendiri partai NU Bekasi. Untuk mewujudkannya, KH Noer Alie menugaskan beberapa anak buahnya, “Seperti KH Mahadi, Abdullah Syair, dan Ya’kub Ahmad,” kata Ali Anwar.

Bahkan, kata Ali, pemikiran KH Noer Alie bisa disejajarkan dengan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan. Alasannya, keduanya sama-sama pernah belajar di Makkah, Saudi Arabia. “KH Noer Alie dan KH Ahmad Dahlan menjadi pemimpin mandiri dan mampu melakukan perubahan pandangan umatnya,” ujar Ali. “Itu sebabnya saya memberi judul KH Noer Alie Kemandirian Ulama Pejuang”.

KH Noer Alie pantas mendapat gelar pahlawan nasional karena pemikiran, tindakan, dan karya-karyanya diakui ditingkat nasional. Diantaranya Markas Pusat Hizbullah-Sabilillah (MPHS) Jakarta Raya, membidani Majelis Ulama Jawa Barat, anggota Dewan Konstituante, dan Badan Kerja Sama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. “Pada tahap selanjutnya, Muncul MUI dan BKSPP Jawa Barat pada masa presiden BJ Habibie ditingkatkan statusnya menjadi BKSPP Indonesia,” kata Ali.

Sekretaris Jenderal Departemen Sosial, HM Cholis Hasan, SH, MH, mengatakan pemberian gelar pahlawan nasional oleh pemerintah pada 9 Nopember 2006 dan sarasehan tersebut sangat tepat untuk mengembangkan nilai-nilai kepahlawanan KH Noer Alie. “Generasi penerus, terutama generasi muda harus bisa mengambil contoh dan suri tauladan dari sifat dan perjuangan KH Noer Alie” kata Cholis.

Menurutnya, KH Noer Alie adalah ulama besardan sekaligus ulama pejuang yang cinta tanah air, rela berkorban, tanpa pamrih dan pantang mundur serta percaya pada kemamouannya sendiri. “Beliau sudah tiada meninggalkan kita, tapi nama dan perjuangan beliau hidup sepanjang masa,” kata Cholis.

Mantan Bupati Bekasi H Suko Martono menilai KH Noer Alie benar-benar mengabdikan hidupnya untuk umat dan perbaikan akhlak dan pembangunan. Pemikirannya pun selalu melampaui pemikiran orang-orang kebanyakan. “Pemikiran beliau dua langkah lebih maju. Ibaratnya kalau saya baru sampai Tambun, KH Noer Alie sudah sampai Cikarang,” kata Suko.
Dari My Pictures
Bahkan Islamic Center Bekasi merupakan hasil gagasan dan tindakan KH Noer Alie. “Kalau tidak ada beliau, mungkin Islamic Center Bekasi tidak terwujud,” ujar Suko. Untuk itu, sesuai keinginan KH Noer Alie, “Mari kita manfaatkan Islamic Center ini untuk berbagai kegiatan umat Islam,” ujar Ketua Yayasan Nurul Islam ini.

Sejumlah peserta mengusulkan agar dibentuk museum KH Noer Alie. Terhadap usulan tersebut KH Amin Noer, putra almarhum KH Noer Alie, menyambut baik. “Makam KH Noer Alie dipugar, sedangkan rumah lama kediaman beliau akan dijadikan  museum,” kata Amin.

Wakil Ketua DPRD Kota Bekasi Akhmad Saikhu berharap pahlawan nasional KH Noer Alie disosialisasikan kepada generasi muda, terutama di Kota Bekasi. “Harus dipadukan dengan muatan lokal,” kata Saikhu. Hal tersebut senada dengan sambutan Walikota Bekasi Akhmad Zurfaih yang dibacakan Asisten Daerah II Kota Bekasi, Dadang. “Generasi muda Bekasi harus mengetahui kepahlawanan KH Noer Alie”


Naskah sumber : http://bekasiheritage.multiply.com/journal/item/28
Foto : Dok. YAT